Metode Kisah dalam Islam
Metode Kisah dalam Islam - Metode kisah adalah mendidik dengan cara menyampaikan kisah agar pendengar dan pembaca meniru yang baik dan meninggalkan yang buruk, serta agar pembaca beriman dan beramal saleh. Al-Quran menegaskan pentingnya metode kisah ini dalam Surat Yusuf, ayat 111, “Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang berakal”.
Al-Thabari menafsirkan ayat ini yang berkenaan dengan kisah Nabi Yusuf, bahwa terdapat pelajaran ('ibrah), dalam kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang mempunyai akal sekaligus sebagai nasihat bagi mereka, (Jilid 6: 59). Sedangkan menurut Al-Zamakhsyari, bahwa dhamir yang ada pada kata qashashihim adalah bagi para rasul (jamak) tidak hanya pada kisah Nabi Yusuf saja. Tegasnya, bahwa pada diri para rasul itu terdapat pelajaran bagi orang -orang yang berakal, (Jilid 2: 511).
Metode Kisah dalam Pembelajaran
Kisah memengaruhi rasa dan membekas dalam jiwa. Pengungkapan kisah memberikan gambaran nyata tokoh-tokoh yang ada di dalamnya sehingga tampak nyata dan mudah diambil pelajaran. Kisah juga menarik anak-anak dan orang dewasa. Semua usia tertarik dengan kisah.
Al-Quran menjadikan kisah sebagai pusat dakwah: Yusuf: 111; Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir, QS Al-A‟raf: 176.
Peran kisah menguatkan hati Rasul, sebagaimana bunyi QS. Hud: 120 berikut ini, Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah- kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
Ciri-Ciri Kisah Al-Quran
Menurut Al-Ajami (2006: 135), ciri-ciri kisah Al-Quran adalah sebagai berikut:
- Pertama, benar-benar terjadi. Kisahnya menumbuhkan nilai-nilai pendidikan bagi anak-anak dan meningkatkan nilai-nilai pendidikan bagi orang dewasa. QS Al- Imran: 62, Sesungguhnya Ini adalah kisah yang benar, ... ; QS Al-Kahfi: 13, Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
- Kedua, sebagai sarana bukan tujuan. Kisah dalam Al-Quran memiliki tujuan akidah, pendidikan, dan kejiwaan.
- Ketiga, metode penyampaiannya beragam.
Kisah dalam Al-Quran ada empat macam: pertama, kisah para nabi dan umatnya; kedua, kisah umat masa lalu, seperti Thalut dan Jalut, ashhabul kahfi, ashhabul ukhdud, dan Dzul Qarnain; ketiga, kisah peperangan pada masa Nabi, seperti perang Badar dan Uhud; Kisah hijrah dan Isra Mi‟raj; keempat, kisah tentang hal ghaib, akhirat. (Al-Ajami, 2006: 135-136)
Teknik Penyampaian Kisah
Beberapa hal perlu diperhatikan sebelum menyampaikan kisah. Pertama, kisah harus memerhatikan pembaca dan pendengar dalam mengambil pelajaran; kedua, memenuhi selera pembaca dengan ragam kisah: kisah Al-Quran, para nabi, para sahabat, pejuang muslim, dan orang saleh; ketiga, menghindari kisah yang menimbulkan ketakutan, kecemasan, kegelisahan bagi anak-anak; keempat, menghindari kisah yang hedonis, horor, dan perilaku buruk, dan mencela orang lain.
Bagan Perbedaan Kisah Al-Quran dengan Kisah Sastra dan Seni |
Materi kisah mudah didapat oleh guru dari banyak sumber. Masalahnya, penyampaian kisah memerlukan keterampilan khusus, agar menarik siswa. Maka guru perlu belajar keterampilan bercerita. Ia bisa belajar mandiri atau belajar kepada rekan sejawat yang lebih berpengalaman dalam metode kisah. Para guru juga bisa mengajukan program pelatihan pada sekolah terkait kiat-kiat bercerita, dengan mendatangkan pembicara yang ahli dari luar sekolah.
Guru harus bisa memetik hikmah dan pelajaran dari sebuah cerita, untuk disampaikan kepada siswa. Pelajaran tersebut harus relefan dengan kondisi dan zaman para siswa. Guru bisa melibatkan siswa untuk menemukan pelajaran- pelajaran yang terkandung dalam kisah melalui tanya-jawab. Sebelum menyampaikan kisah, guru harus memerhatikan beberapa hal berikut ini (Majid, 1956: 30-32):
- Memilih kisah;
- Menyiapkan kisah sebelum masuk kelas;
- Posisi duduk para siswa saat penyampaian kisah.
Setiap orang memiliki kemampuan berbeda dalam penyampaian kisah. Ada yang bagus dalam menyampaikan cerita hewan, humor, kriminal, dst. Guru juga harus memilih cerita yang menyenangkan atau cerita yang menyedihkan, atau gabungan keduanya. Persiapaan guru sebelum memasuki kelas akan mempermudah guru dalam menyampaikan kisah, sebab sebelumnya guru telah memikirkan hal-hal yang terkait dengan kisah.
Demikianlah uraian mengenai metode kisah dalam Islam. Semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita tentang metode-metode pendidikan dalam Islam.
Terima kasih telah berkomentar dengan baik dan sopan.
EmoticonEmoticon